SAMPANG, Pilar Pos | Nasib para petani di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, pada musim tanam tembakau tahun 2025 ini rupanya menjadi tantangan berat untuk merawat tanamannya. Bukan hanya karena harga pupuk yang tinggi, faktor cuaca yang tak menentu juga turut memperparah kondisi membuat petani di Sampang terguncang merugi.
Di musim tanam kali ini, bukannya memperoleh pancaran sinar matahari yang optimal seperti pada musim kemarau ideal. Namun, para petani justru harus berjuang keras dengan intensitas curah hujan yang masih tinggi menyebabkan kemarau basah menyulitkan proses tanam tembakau.
Hal itu dialami oleh Jamaludin, seorang petani di Kecamatan Camplong, ia mengaku sudah dua kali menanam tembakau namun hasilnya nihil.
Menurutnya, tanaman tembakau yang sangat diharapkan olehnya itu, bergantung pada kondisi panas dan kering agar kualitas batang serta daunnya tumbuh optimal. Akan tetapi, musim tanam ini justru diwarnai genangan air dan banjir merusak harapan petani untuk panen.
“Dua kali saya tanam namun hasilnya nihil, dua-duanya mati karena terendam banjir. Tahun ini harus ekstra kerja keras,” kata Jamaludin, Rabu, (18/06/2025).
Tetap Bertahan dengan Harapan, Meski Kenyataan Terus Mengguncang

Tidak berhenti disitu, kondisi serupa juga dialami Misnari, petani lainnya. Ia mengatakan, bahwa tembakau miliknya yang sudah berusia satu bulan justru terendam akibat hujan deras selama dua hari berturut-turut.
Dalam kondisi seperti itu, Misnari hanya bisa pasrah dan terus berusaha menerima keadaan walaupun sudah mengeluarkan biaya besar untuk proses awal mulai dari pengolahan lahan, pembelian bibit, penanaman, hingga pupuk.
Kendati demikian, Misnari tetap bertahan dengan menaruh harapan besar agar cuaca segera membaik dan kembali normal.
“Beginilah kondisinya, banjir. Mau bagaimana lagi? Sekarang kami cuma bisa sabar dan hanya bisa berdoa, semoga cuaca segera kembali normal,” harapnya.
Bukan hanya seorang petani asal Camplong yang mengalami ujian berat di musim tanam tembakau tahun 2025 ini. Hal serupa juga dialami Hasan, petani asal warga Kecamatan Pangarengan, Kabupaten Sampang.
Ia bahkan mengaku sudah mencoba berusaha dan terus bertahan menaruh harapan besar dari tanaman tembakau meski kenyataan terus mengguncang.
Upaya tiga kali melakukan tanam ulang, tidak sedikit biaya yang ia keluarkan. Namun, curah hujan tetap saja mengguyur hamparan ladangnya hingga tanaman tembakau miliknya mati kebanjiran.
“Tembakau saya sudah tiga kali mati karena kebanjiran. Padahal modalnya tidak sedikit,” katanya dengan nada getir.
Musim tanam tembakau tahun ini benar-benar menjadi ujian berat bagi petani di Sampang. Mereka tetap bertahan dengan harapan, meski kenyataan terus mengguncang.
Penulis : Agus Junaidi
Editor : Amir Sholeh
Sumber Berita : Pilar Pos