Pilar Pos | Tradisi ziarah kubur, yang selama ini identik dengan masyarakat tua, kini mulai diminati kembali oleh kalangan generasi muda. Fenomena ini menjadi angin segar dalam pelestarian khazanah Islam Nusantara, sekaligus menandakan kebangkitan kesadaran spiritual di tengah era digital.
Berdasarkan pantauan media sosial dan komunitas keislaman, pencarian terkait “ziarah kubur arti dan hukum”, “adab ziarah makam wali”, dan “makna tahlilan” mengalami peningkatan signifikan dalam 6 bulan terakhir. Para pemuda muslim terlihat aktif mendokumentasikan ziarah ke makam ulama besar seperti Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, hingga Habib Hasan Baharun melalui konten TikTok dan YouTube Shorts.
Menurut Ustaz H. Fathur Rahman, pengasuh pesantren di Yogyakarta, ini adalah bentuk aktualisasi tasawuf modern, di mana anak muda tetap menjaga tradisi sambil menggunakan teknologi.
“Ziarah kubur bukan hanya doa, tapi juga bentuk penghormatan terhadap ilmu dan perjuangan para ulama. Sekarang anak muda bisa belajar langsung sejarah Islam lewat jejak para wali,” ujarnya.
Selain aspek spiritual, ziarah juga memupuk kesadaran sejarah dan nilai sosial. Banyak komunitas pemuda kini membuat kegiatan ziarah edukatif, yang dikombinasikan dengan pelatihan dokumenter, diskusi budaya, dan kajian kitab kuning.
Tren ini turut mendorong geliat ekonomi lokal di sekitar situs makam. Penjual bunga, penjaja kitab, dan pemandu lokal merasakan manfaat langsung dari kunjungan wisata religi ini.